Rupiah Anjlok, Pengangguran Meroket… Indonesia Baik-Baik Saja?

 Pengkaji:

  • Selvina Nanda Afriani 
  • Syifa Putri Aimar 
Pada tahun 2025, perekonomian Indonesia menghadapi tekanan dari berbagai sisi, salah satunya yaitu ketidakstabilan nilai tukar rupiah. Pada Selasa 6 Mei 2025 menurut data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) rupiah mengalami peningkatan di angka Rp.16.472 per Dolar AS, namun mengalami penurunan yang cukup signifikan pada hari berikutnya yaitu Rp.16.536 per Dolar AS. 

Fluktuasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik global maupun domestik. Di kancah global, pernyataan dari Presiden AS yaitu Donald Trump mengenai kebijakan tarif dan ketegangan geopolitik yang dapat memicu kekhawatiran pasar terhadap perlambatan ekonomi global. Sementara itu, dari sisi dalam negeri, terdapat kebijakan fiskal pemerintah dan ketergantungan terhadap barang impor juga akan berdampak terhadap nilai tukar rupiah.
Di tengah fluktuasi nilai tukar rupiah, terdapat tantangan lain yang dihadapi oleh Indonesia yaitu tingkat pengangguran yang tinggi. Menurut data International Monetary Fund (IMF), Indonesia merupakan negara dengan tingkat pengangguran tertinggi dibandingkan dengan enam negara ASEAN pada tahun 2024. 

Badan Pusat Statistik (BPS) juga melaporkan bahwa tercatat pada bulan Februari 2025 terdapat 7,28 juta pengangguran di Indonesia. Meskipun Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurun menjadi 4,76%, namun jumlah absolut pengangguran tetap meningkat. Peningkatan ini menunjukkan bahwa pertumbuhan lapangan kerja belum mampu mengimbangi pertumbuhan angkatan kerja. Sektor perdagangan besar dan eceran mencatat terjadi peningkatan terbesar dalam penyerapan tenaga kerja yaitu sekitar 0,98 juta orang. namun, tantangan tersebut tetap ada, terutama dalam menciptakan lapangan kerja yang berkualitas dan berkelanjutan.

Tingginya pengangguran di Indonesia berdampak langsung pada tingkat daya beli masyarakat dan pertumbuhan ekonomi nasional. Ketika banyak orang kehilangan pekerjaan atau kesulitan mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang layak, konsumsi rumah tangga yang merupakan penggerak utama ekonomi akan menurun, yang menciptakan efek domino pada sektor usaha, terutama pada UMKM yang sangat bergantung pada permintaan domestik. Hal ini kemudian berdampak terhadap perlambatan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.

Kondisi ini membutuhkan sinergi antar kebijakan pemerintah, sektor swasta, dan dunia pendidikan dalam menciptakan lapangan kerja yang berkualitas, peningkatan investasi produktif, dan pengembangan keterampilan tenaga kerja . Menurut anggota Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Prof. Arief Anshory Yusuf, pemerintah perlu menguatkan stimulus fiskal yang berdampak langsung terhadap konsumsi, serta perlunya industri pengelolaan yang mendapatkan dukungan dari berbagai sektor yang menjadi ekosistem industri.

Untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, Bank Indonesia telah memangkas suku bunga sebanyak dua kali sejak bulan September dalam upaya untuk menstimulasi aktivitas ekonomi, tetapi menghentikan sementara siklus pelonggaran guna menjaga kestabilan nilai rupiah. Selain itu, Bank Indonesia juga telah memfokuskan operasi pasar terbuka pada perluasan likuiditas, termasuk secara bertahap mengurangi tingkat Sertifikasi Bank Indonesia (SBI) yang beredar. 

Sebagai generasi muda, kita memiliki peran strategis untuk menciptakan inovasi, membuka lapangan pekerjaan baru melalui kewirausahaan, serta terus melatih kemampuan diri agar dapat bersaing di pasar kerja yang semakin kompetitif. Melalui Edukasi ekonomi, literasi keuangan, konsumsi produk lokal, dan pemahaman terhadap isu-isu ekonomi akan menjadi hal penting agar mampu ikut serta dalam pemulihan ekonomi nasional.


DAFTAR PUSTAKA

Fadilah, R. (2025, Februari 22). Faktor-faktor yang memengaruhi nilai tukar rupiah. Retrieved Mei 5, 2025, from ANTARA: https://www.antaranews.com/berita/4667141/faktor-faktor-yang-memengaruhi-nilai-tukar-rupiah

L.Toruan, R. C. (2025, Mei 5). Nilai Rupiah Mulai Menguat di Tengah Perang Dagang Mereda. Retrieved Mei 5, 2025, from TEMPO: https://www.tempo.co/ekonomi/nilai-rupiah-mulai-menguat-di-tengah-perang-dagang-mereda-1344282

Majdid, Z. (2025, Mei 9). Jangan Sepelekan Ini! Ekonomi RI Sedang Tak Baik-Baik Saja. Retrieved Mei 9, 2025, from CNBC Indonesia: https://www.cnbcindonesia.com/news/20250509090429-4-632313/jangan-sepelekan-ini-ekonomi-ri-sedang-tak-baik-baik-saja

Prodjo, W. A. (2025, April 30). Laporan IMF: Indonesia Nomor 1 Tingkat Pengangguran Tertinggi di ASEAN. Retrieved Mei 6, 2025, from Kompas: https://www.kompas.com/edu/read/2025/04/30/145625071/laporan-imf-indonesia-nomor-1-tingkat-pengangguran-tertinggi-di-asean

Setefanny, J. A. (2024). FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA SERIKAT. WELFARE JURNAL ILMU EKONOMI.

Badan Pusat Statistik. (2025, Mei 5). Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 4,76 persen. Rata–rata upah buruh sebesar 3,09 juta rupiah. Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Februari 2025, pp. 4-11.

Stefanno Sulaiman, G. S. (2025, 05 07). Indonesia central bank seeks 'balance' between growth and price stability. Retrieved 05 08, 2025, from Reuters: https://www.reuters.com/markets/asia/indonesia-central-bank-seeks-balance-between-growth-price-stability-2025-05-07/

yonathan, A. z. (2025, Mei 6). Jumlah Pengangguran Indonesia Naik per Maret 2025. Retrieved Mei 6, 2025, from GoodStats: https://data.goodstats.id/statistic/jumlah-pengangguran-indonesia-naik-per-maret-2025-5hbj8

Komentar