Indonesia resmi gabung BRICS

 Pengkaji:

  • Selvina Nanda Afriani
  • Syifa Putri Aimar

  Pada tanggal 6 Januari 2025, Brazil mengumumkan bahwa Indonesia resmi menjadi anggota penuh BRICS. Menurut pengamat hubungan internasional, Musa Maliki dalam laman BBC News Indonesia, BRICS adalah semangat independensi yang terdiri dari negara-negara selatan untuk mengimbangi dominasi Barat atau hegemoni AS. Melansir dari laman infobrics, BRICS merupakan kelompok negara informal yang terdiri dari negara Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan.

   BRICS dibentuk pada tanggal 20 September 2006 atas usulan Presiden Rusia yakni Vladimir Putin di sela-sela sidang majelis umum PBB di New York, Amerika Serikat yang awalnya terdiri dari 4 menteri luar negeri dari negara Brazil, Rusia, India, dan China. Dalam pertemuan tersebut menghasilkan keputusan bersama agar keempat negara tersebut memperluas kerjasama multilateral. Kemudian pada tanggal 16 Juni 2009 diadakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pertama di Yekaterinburg, Rusia. Para pemimpin BRIC menetapkan dokumen yang menyatakan tujuan BRIC yaitu untuk mempromosikan dialog dan kerjasama antar anggota dengan pendekatan bertahap, proaktif, pragmatis, terbuka dan transparan. Kerjasama BRIC tidak hanya terbatas pada isu ekonomi, tetapi juga mencakup perdamaian dan kesejahteraan antar negara anggota. Dokumen ini juga menguraikan presepsi umum mengenai cara-cara mengatasi krisis keuangan dan ekonomi global, sebagai bagian dari upaya mewujudkan stabilitas dan kesejahteraan bersama.

  Pada tahun 2010, Afrika Selatan secara resmi diterima sebagai anggota penuh melalui pertemuan Menteri Luar Negeri BRIC di New York, Amerika Serikat. Dengan bergabungnya Afrika Selatan, nama BRIC kemudian diubah secara resmi menjadi BRICS. Pada tahun 2024 negara Iran, Mesir, Ethiopia, dan Uni Emirat Arab secara resmi diterima sebagai anggota penuh. Dan disusul pada bulan Januari 2025, BRICS secara resmi menyambut sembilan mitra baru, yaitu negara Belarus, Bolivia, Kuba, Indonesia, Kazakhstan, Malaysia, Thailand, Uganda, dan Uzbekistan.

  Dengan total sepuluh anggota penuh dan delapan mitra baru, BRICS kini mencakup sekitar 50% populasi dunia dan lebih dari 41% PDB dunia (PPP). Selain itu, grup ini kini memiliki posisi strategis sebagai salah satu penghasil komoditas penting seperti minyak, gas, biji-bijian, daging, dan mineral yang menjadikannya sebagai salah satu kelompok ekonomi paling berpengaruh di dunia.

   BRICS memiliki karakteristik yang berbeda dari organisasi internasional lainnya, karena tidak dibentuk secara formal seperti kebanyakan organisasi serupa. Hingga kini, BRICS beroperasi secara informal tanpa adanya piagam atau sekretariat tetap. Kepemimpinan dalam organisasi ini dipilih per tahun, dan pengambilan keputusan berdasarkan konsensus bersama. Walaupun bersifat informal, BRICS telah mencatat berbagai pencapaian penting di bidang ekonomi pembangunan dan moneter. Dengan tujuan mengurangi dominasi negara-negara Barat, BRICS mendirikan dua lembaga keuangan, yaitu New Development Bank (NDB) dan Contingent Reserve Arrangement (CRA). Selain pembentukan lembaga keuangan, BRICS juga mendorong berbagai kerjasama antar anggota, seperti program pertukaran tenaga profesional, kerangka jaminan keamanan pelanggan e-commerce dan dukungan terhadap UMKM dalam perdagangan internasional. Inisiatif ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap lembaga serta perjanjian multilateral yang dinilai terlalu dipengaruhi oleh kepentingan negara-negara barat.

   Namun, implementasi BRICS tidak selalu sesuai dengan rencana. Dalam beberapa tahun terakhir, hubungan antarnegara anggota menunjukkan ketegangan, yang salah satunya disebabkan oleh perbedaan arah diplomasi dari para anggota terhadap beberapa isu kunci, seperti konflik antara negara Ukraina dan Rusia. Hal ini menghambat upaya BRICS untuk menjadi blok yang mendorong perubahan dalam tatanan politik global. Selain itu, kapasitas lembaga keuangan BRICS masih relatif terbatas. Seperti pembiayaan yang disediakan oleh NDB hanya sekitar seperlima dari total pendanaan yang mampu diberikan oleh World Bank. Akibatnya, bagi negara anggota untuk menjadikan BRICS sebagai satu-satunya sumber pendanaan pembangunan dianggap tidak realistis. 

Lalu, apa yang menjadi alasan utama Indonesia memutuskan untuk bergabung dengan BRICS?

Alasan Indonesia bergabung dengan BRICS

   Menurut pernyataan Menteri Luar Negeri Indonesia, Sugiono menyampaikan bahwa tujuan Indonesia bergabung dengan BRICS karena sejalan dengan kepentingan nasional Republik Indonesia. Ia mengatakan bahwa negara Indonesia perlu meningkatkan kesejahteraan rakyat, mengatasi kemiskinan, memajukan ketahanan pangan, dan mencapai swasembada energi. “oleh karena itu, kooperasi dan kolaborasi dengan semua negara dengan semua kelompok kita harus lakukan”, ujar Sugiono yang dikutip dalam laman CNN Indonesia.

     Selain itu, Menteri Luar Negeri Indonesia, Sugiono juga menjelaskan bahwa keanggotaan Indonesia dalam BRICS mencerminkan implementasi politik luar negeri bebas aktif. Ia menegaskan bahwa langkah ini tidak menunjukkan keberpihakan Indonesia pada salah satu blok tertentu, melainkan bentuk partisipasi aktif di berbagai forum internasional. Tujuan utama Indonesia dalam keanggotaan BRICS adalah untuk mendukung terciptanya tatanan global yang lebih inklusif dan adil, serta memperkuat kerjasama dengan negara-negara berkembang lainnya berdasarkan prinsip kesetaraan, saling menghormati, dan pembangunan berkelanjutan. 

Dampak Indonesia bergabung dengan BRICS

   Managing Director Paramadina Public Policy Instituate (PPPI), Ahmad Khoirul Umam menjelaskan bahwa ketertarikan Indonesia untuk bergabung dengan BRICS mencerminkan pendekatan diplomasi jalan tengah dan upaya menciptakan sikap yang lebih inklusif di tingkat internasional, terutama setelah sebelumnya mengajukan aksesi ke Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).

     Menurut Umam, keanggotaan Indonesia di BRICS dapat memberikan keuntungan berupa akses tambahan ke sumber pendanaan infrastruktur melalui New Development Bank (NDB), lembaga keuangan milik BRICS. NDB menawarkan alternatif pembiayaan infrastruktur dengan persyaratan yang lebih fleksibel dibandingkan OECD. Selain itu, keanggotaan di BRICS dinilai akan memperkuat posisi tawar Indonesia di forum internasional, terutama dalam bidang ekonomi. Langkah ini penting untuk mendukung diplomasi ekonomi, mengingat negara-negara BRICS memiliki pengaruh besar dalan arus investasi dan perdagangan global.

  Disisi lain, Ahmad Khoirul Umam mengingatkan bahwa Indonesia perlu mempertahankan strategi diplomasi jalan tengah dengan tidak terlalu berpihak kepada blok Barat maupun Timur. Ia juga menegaskan pentingnya mengantisipasi risiko ketergantungan ekonomi terhadap negara China, mengingat posisi China sebagai negara anggota BRICS dengan kekuatan ekonomi terbesar. Sementara itu, Fajar Anandi selaku Dosen Hubungan Internasional Universitas Paramadina, menambahkan pentingnya bagi Indonesia untuk menjaga keseimbangan hubungan antara anggota BRICS, terutama Rusia dan China dengan negara-negara Barat. Ia juga menyoroti hubungan perdagangan Indonesia dengan China yang sangat siginifikan yang dapat dilihat dari tingginya volume ekspor dan impor antara kedua negara. 

    Ayu Anastasya Rachman selaku dosen Hubungan Internasional di Universitas Bina Mandiri, Gorontalo menganggap bahwa langkah Indonesia bergabung dengan BRICS merupakan strategi penting untuk memperkuat posisi Indonesia di forum internasional. Ia menjelaskan bahwa keanggotaan di BRICS menawarkan berbagai manfaat potensial bagi Indonesia, seperti akses ke pinjaman dengan persyaratan yang lebih fleksibel, pengurangan ketergantungan pada dolar AS, dan perluasan akses pasar ke negara-negara anggota lainnya.

 Ayu juga menekankan bahwa diperlukannya waktu dan proses untuk memahami dinamika di dalam BRICS, terutama karena organisasi ini bukan merupakan entitas finansial tang mengikat, melainkan lebih berfokus pada kerjasama ekonomi antar anggota. Menurutnya, Indonesia harus berhati-hati dalam memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh BRICS sambil tetap menjaga reputasinya sebagai mitra strategis yang kredibel di kawasan internasional. Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa BRICS tidak seharusnya menjadi satu-satunya platform multilateral yang diutamakan. Sebaliknya, BRICS perlu dipandang sebagai bagian dari strategi yang lebih luas untuk memperkuat hubungan internasional Indonesia dengan berbagai organisasi dan negara lainnya. Hal ini, menurut Ayu akan memastikan bahwa kebijakan luar negeri Indonesia tetap inklusif dan berfokus pada kepentingan nasional berkelanjutan.

  Oleh karena itu, Indonesia perlu berhati-hati dalam menjalankan perannya sebagai anggota penuh BRICS. Potensi manfaat yang ditawarkan harus diimbangi dengan menjaga posisi tawar Indonesia di tingkat internasional.


DAFTAR PUSTAKA

Mengapa Indonesia ingin bergabung dengan BRICS – Barisan negara yang ‘tidak puas’ dengan status quo? (2024, Oktober 28). Retrieved Januari 19, 2025, from BBC NEWS INDONESIA: https://www.bbc.com/indonesia/articles/c4gpp3ke280o

Hamzah, A. C. (2025, Januari 8). Indonesia Resmi Menjadi Anggota BRICS. Retrieved Januari 19, 2025, from Universitas Airlangga: https://unair.ac.id/indonesia-resmi-menjadi-anggota-brics/#:~:text=Sekarang%20BRICS%20negara%20anggotanya%20menjadi,Senin%20tanggal%206%20Januari%202025

History of BRICS. (n.d.). Retrieved Januari 19, 2025, from BRICS: https://infobrics.org/page/history-of-brics/

Mahardika, L. A. (2024, Oktober 30). Risiko dan Peluang bagi Indonesia Jika Resmi Gabung BRICS. Retrieved Januari 19, 2025, from Bisnis.com: https://ekonomi.bisnis.com/read/20241030/620/1811971/risiko-dan-peluang-bagi-indonesia-jika-resmi-gabung-brics

Sakti, R. E. (2025, Januari 11). Indonesia Resmi Gabung BRICS, Apa Tantangannya? Retrieved Januari 19, 2025, from KOMPAS.id: https://www.kompas.id/artikel/indonesia-resmi-gabung-brics-apa-tantangannya?utm_source=link&utm_medium=shared&utm_campaign=tpd_-_android_traffic

Santoso, A. (2024, Oktober 26). Apa Untungnya Indonesia Gabung BRICS? Retrieved Januari 19, 2025, from detiknews: https://news.detik.com/berita/d-7607076/apa-untungnya-indonesia-gabung-brics?single=1

Setiawan, D. (2025, Januari 8). Indonesia Gabung BRICS: Manfaat, Tujuan, dan Daftar Anggotanya. Retrieved Januari 19, 2025, from tirto.id: https://tirto.id/indonesia-gabung-brics-manfaat-tujuan-dan-daftar-anggotanya-keuntungan-dampak-g7fU#google_vignette

Syarif, M. (2025, Januari 16). Indonesia bergabung dengan BRICS: peluang besar dan babak baru dalam hubungan bilateral. Retrieved Januari 19, 2025, from THE CONVERSATION: https://theconversation.com/indonesia-bergabung-dengan-brics-peluang-besar-dan-babak-baru-dalam-hubungan-bilateral-247344

Komentar