Perekonomian Asia Timur dan Pasifik: Akan Inflasi - Beras dan Bensin sebagai Penyebab

Inflasi di Asia Timur dan Pasifik telah menjadi topik yang semakin penting dalam pembicaraan ekonomi global. Dua penyebab utama yang patut diperhatikan adalah kenaikan harga beras dan bensin. Keduanya memiliki dampak yang signifikan pada rakyat di wilayah ini. Mari kita eksplorasi lebih lanjut.

Beras adalah makanan pokok di sebagian besar negara Asia Timur dan Pasifik. Kenaikan harga beras langsung mempengaruhi daya beli penduduk, terutama yang berpenghasilan rendah. Ini dapat memicu ketidakstabilan sosial dan politik. Upaya untuk menjaga ketersediaan dan harga beras menjadi prioritas dalam mengendalikan inflasi.

Di sisi lain, kenaikan harga bensin juga berdampak besar, dampak dari kenaikan harga bensin/BBM, harga produk di pasaran bisa ikut meningkat. Pelaku usaha berharap pemerintah memberikan insentif lain untuk menambal kenaikan biaya operasional tersebut. . Bensin adalah komoditas vital dalam mobilitas masyarakat dan industri. Kenaikan harga bensin meningkatkan biaya transportasi, yang pada gilirannya dapat mengerek harga berbagai barang dan jasa. Ini menimbulkan tekanan inflasi yang signifikan.

Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah di wilayah ini harus mengambil langkah-langkah bijak, termasuk kebijakan harga beras yang adil dan mengurangi subsidi bensin yang tidak efisien. Ini adalah tantangan kompleks yang memerlukan keseimbangan antara menjaga harga terjangkau bagi masyarakat dan menjaga stabilitas ekonomi.

Kita perlu terus memantau dan memahami dampak dari harga beras dan bensin pada perekonomian Asia Timur dan Pasifik. Hal ini penting untuk menjaga kesejahteraan rakyat dan stabilitas wilayah ini dalam jangka panjang.

 

Pembahasan

Perekonomian Asia Timur dan Pasifik telah menjadi pusat perhatian dalam beberapa tahun terakhir, terutama terkait dengan masalah inflasi yang semakin meningkat. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada September 2023 terjadi inflasi sebesar 0,19 persen secara bulanan atau terjadi peningkatan indeks harga konsumen dari 115,22 pada Agustus 2023 menjadi 115,44 pada September 2023. Pada Agustus 2023, BPS mencatat terjadi deflasi sebesar 0,02 persen. Dua faktor yang paling signifikan dalam meningkatkannya tingkat inflasi adalah harga beras dan bensin. Dalam artikel ini, kita akan menggali lebih dalam dampak dari kenaikan harga kedua komoditas tersebut dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah inflasi.

1.      Harga Beras yang Melambung Tinggi

Beras adalah makanan pokok di sebagian besar negara di Asia Timur dan salah satu produk makanan pokok paling penting di dunia. Pernyataan ini terutama berlaku di Benua Asia, tempat beras menjadi makanan pokok untuk mayoritas penduduk (terutama di kalangan menengah ke bawah masyarakat). Benua Asia juga merupakan tempat tinggal dari para petani yang memproduksi sekitar 90% dari total produksi beras dunia.. Oleh karena itu, kenaikan harga beras memiliki dampak langsung pada daya beli penduduk di wilayah ini. Khususnya, mereka yang berpenghasilan rendah merasakan beban ekonomi yang lebih besar akibat kenaikan harga beras. Ketika harga beras melambung, kelompok masyarakat ini seringkali harus menghadapi kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pangan dasar mereka. Komoditas penyumbang inflasi secara bulanan terbesar adalah beras dengan andil inflasi sebesar 0,18 persen.

Komoditas beras menjadi pemicu utama inflasi bulanan Februari 2023. Curah hujan yang tinggi sepanjang Februari membuat kualitas gabah buruk sehingga penggilingan harus mengeluarkan ongkos produksi lebih tinggi. Hal ini kemudian dibebankan pada harga jual.

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) tingkat inflasi umum bulanan pada Februari 2023 tercatat 0,16 persen, lebih rendah dari Januari yang sebesar 0,34 persen. Adapun inflasi umum tahunan Februari 2023 dibandingkan Februari 2022 tercatat sebesar 5,47 persen, meningkat dibandingkan inflasi umum tahunan Januari 2023 yang sebesar 5,28 persen. Sementara itu, inflasi umum kalender tahun berjalan 2023 tercatat sebesar 0,50 persen.

Beras menjadi komoditas pemicu tertinggi inflasi umum bulanan Februari 2023, dengan catatan inflasi sebesar 0,08 persen. Selain beras, komoditas lainnya yang menjadi pemicu inflasi adalah rokok kretek filter, bawang merah, cabai merah, dan rokok putih yang masing-masing mencatat inflasi sebesar 0,04 persen, 0,03 persen, 0,02 persen, dan 0,01 persen.

Selain menjadi penyumbang utama inflasi bulanan, beras juga menjadi komoditas penyumbang inflasi tertinggi kedua inflasi umum tahunan Februari 2023. Beras menyumbang inflasi sebesar 0,32 persen terhadap inflasi umum tahunan Februari 2023, di bawah bensin yang menyumbangkan inflasi 1,07 persen.

Hal yang membuat harga beras meningkat atau inflasi yaitu, curah hujan yang tinggi sepanjang Februari 2023 membuat kualitas gabah ini menurun. Ini menyebabkan pihak penggilingan harus mengeluarkan ongkos produksi lebih tinggi dibandingkan produksi sebelumnya. Selain itu, kenaikan harga beras juga dapat memicu ketidakstabilan sosial dan politik. Protes dan kerusuhan terkait harga beras telah terjadi di beberapa negara, menggambarkan betapa pentingnya menjaga ketersediaan dan harga beras yang stabil bagi stabilitas sosial.

 

2.      Tantangan Harga Bensin

Rencana kenaikan harga bahan bakar minyak ikut membuat waswas dunia usaha di tengah beban biaya operasional yang melonjak akhir-akhir ini dikarenakan konflik kedua negara yaitu Russia – Ukraina menjadi atensi dunia mengingat cukup memberikan dampak pada tingkat kestabilan perekonomian terutama harga minyak dunia . Sebagai dampak dari kenaikan harga BBM, harga produk di pasaran bisa ikut meningkat. Pelaku usaha berharap pemerintah memberikan insentif lain untuk menambal kenaikan biaya operasional tersebut. Di sisi lain, kenaikan harga bensin (BBM) juga menjadi penyebab inflasi yang signifikan di wilayah ini, yaitu dengan andil inflasi sebesar 0,6 persen sejalan dengan adanya penyesuaian harga BBM nonsubsidi . Bensin adalah komoditas vital dalam mobilitas masyarakat dan industri.

Menurut Pudji, keputusan Pertamina untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi tentu juga akan berkontribusi pada tingkat inflasi. ”Seberapa besar kontribusi kenaikan harga BBM terhadap inflasi akan bisa kita lihat pada tingkat inflasi Maret 2023,” ujar Pudji. Mulai 1 Maret, harga pertamax naik dari Rp 12.800 per liter menjadi Rp 13.300 per liter dan turbo naik dari Rp 14.850 per liter menjadi Rp 15.100 per liter.Sementara dex dan dexlite turun harga. Harga dex turun menjadi Rp 15.850 per liter dari sebelumnya RP 16.850 per liter. Begitu juga dengan harga dexlite yang menjadi Rp 14.950 liter dari sebelumnya Rp 16.150 per liter.

Adapun, pertalite dan biosolar yang merupakan jenis BBM kompensasi dan subsidi tidak mengalami perubahan harga. Kenaikan harga bensin/BBM mengakibatkan kenaikan biaya transportasi, yang pada gilirannya dapat mengerek harga berbagai barang dan jasa. Ini menimbulkan tekanan inflasi yang berdampak pada seluruh lapisan masyarakat. Bahwa dinyatakan bahwa penyumbang inflasi terbesar pada komoditas penyumbang inflasi bulanan terbesar adalah beras dengan andil inflasi 0,18% dan bensin dengan andil inflasi 0,6% sejalan dengan penyesuaian BBM subsidi. Ada beberapa hal yang menyebab inflasi pada beras dan bensin, yaitu kenaikan harga minyak mentah, biaya transportasi yang mahal, kebijakan pemerintah seperti pengurangan subsidi bahan bakar dapat menyebabkan kenaikan harga bensin, permintaan akan barang yang tinggi, kenaikan upah minimum dapat mendorong kenaikan harga barang dan jasa secara umum, termasuk beras dan bensin, karena biaya produksi dapat meningkat, dan yang terakhir adalah inflasi global, yaitu seperti tingkat inflasi global yang tinggi atau fluktuasi harga komoditas internasional, dapat memengaruhi harga beras dan bensin.

 

Langkah-langkah Mengatasi Masalah Inflasi

Untuk mengatasi masalah inflasi yang disebabkan oleh harga beras dan bensin, pemerintah di wilayah Asia Timur dan Pasifik perlu mengambil langkah-langkah bijak. Pertama, mereka harus mengimplementasikan kebijakan harga beras yang adil untuk menjaga ketersediaan dan harga yang terjangkau bagi penduduk. Selanjutnya, mengurangi subsidi bensin yang tidak efisien dan memastikan bahwa harga bensin mencerminkan biaya nyata produksi dan distribusi menjadi langkah yang perlu diambil.

Pemerintah bisa menekan laju dari inflasi dengan melakukan beberapa cara. Dilansir dari berbagai sumber, berikut ini 3 cara untuk mengatasi inflasi disertai penjelasannya.

1. Kebijakan Fiskal

Cara pertama yang akan dilakukan oleh pemerintah adalah kebijakan fiskal. Kebijakan fiskal ini sendiri berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran dari anggaran pemerintah. Kebijakan fiskal ini antara lain dengan meningkatkan tarif pajak, mengurangi pengeluaran dari pemerintah, dan melakukan pinjaman.

2. Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter menjadi salah satu daricara mengatasi inflasi yang bisa dilakukan oleh pemerintah. Kebijakan moneter atau kebijakan keuangan bisa dilakukan dengan menambah ataupun mengurangi jumlah uang yang beredar. Hal ini dilakukan untuk menjaga kestabilan moneter dengan tujuan bisa meningkatkan kesejahteraan dari masyarakat suatu negara. Kebijakan moneter lainnya adalah dengan melakukan kebijakan operasi pasar terbuka. Kebijakan ini bisa dilakukan dengan cara mengendalikan jumlah uang beredar.

3. Kebijakan Non-fiskal dan Non-moneter

Selain menggunakan kebijakan fiskal dan juga kebijakan moneter, pemerintah juga bisa menggunakan kebijakan non fiskal dan juga non moneter. Kebijakan nonfiskal dan nonmoneter ini dapat dilakukan dengan beberapa cara. Setidaknya terdapat 5 cara yang termasuk ke dalam kebijakan non-fiskal dan non-moneter yang biasanya dilakukan oleh pemerintah.

a.       Menambah hasil produksi

Pemerintah akan memberikan kebijakan-kebijakan yang bisa meringankan para pengusaha. Hal ini dilakukan oleh pemerintah dengan harapan para pengusaha bisa menggenjot produksi agar lebih banyak lagi. Dengan banyaknya barang yang beredar di masyarakat, maka perputaran uang akan semakin cepat dan banyak, sehingga uang yang beredar menjadi kembali seimbang.

b.      Mempermudah masuknya barang impor

Tak semua barang bisa dipenuhi oleh produsen dalam negeri, untuk itu mempermudah masuknya barang barang impor menjadi salah satu solusi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Hal ini bisa dilakukan dengan cara menurunkan pajak dan juga mempermudah perizinan barang impor.

c.       Menstabilkan pendapatan masyarakat

Menjaga pendapatan masyarakat agar tidak naik juga bisa menjadi salah satu cara untuk menekan laju pertumbuhan inflasi yang tak terkendali.

d.      Menetapkan harga maksimum

Pada saat terjadi inflasi, harga barang cenderung naik tak terkendali. Hal inilah yang membuat daya beli dari masyarakat menurun. Dengan menetapkan harga maksimum, pemerintah mengharap agar daya beli masyarakat menjadi lebih baik lagi.

e.       Pengawasan distribusi barang

Distribusi barang yang terhambat juga menjadi salah satu faktor naiknya harga di suatu wilayah. Permintaan yang besar tidak diimbangi dengan jumlah barang yang terbatas akibat terhambatnya proses distribusi barang. Dengan melakukan pengawasan sebagai salah satu cara mengatasi inflasi, diharapkan barang tersebut bisa cepat didistribusikan kepada masyarakat.

Namun, ini adalah tantangan yang kompleks. Pemerintah harus mencapai keseimbangan antara menjaga harga terjangkau bagi masyarakat dan menjaga stabilitas ekonomi. Ini memerlukan perencanaan yang cermat, pemantauan yang terus-menerus, dan kebijakan yang bijaksana.

Dalam jangka panjang, pemahaman yang mendalam tentang dampak harga beras dan bensin terhadap inflasi adalah kunci untuk menjaga kesejahteraan rakyat dan stabilitas ekonomi dalam wilayah yang penting ini.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20220202114604-537-754013/3-cara-mengatasi-inflasi-beserta-penjelasannya/amp

https://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/komoditas/beras/item183

https://ekonomi.republika.co.id/berita/s1w1w4490/harga-beras-dan-bbm-jadi-biang-keladi-inflasi-september-2023

https://www.kompas.id/baca/ekonomi/2023/03/01/beras-jadi-pemicu-inflasi-februari-2023

https://www.bbc.com/indonesia/laporan_khusus/2012/03/120327_fuelhikeeconomicalimpact.amp

https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-sidempuan/baca-artikel/15373/Kenaikan-Harga-BBM-Jahat-atau-Sepakat.html

 

 

Komentar